Teluk Tamiang dan Tanjung Kunyit, We Meet Again...

Halo sobat dan salam sehat. Ini yang ketiga kalinya saya ke daerah ini. Pertama kali tahun 2015, seperti yang saya tulis disini. Kedua kali tahun 2017, saya juga tulis disini. Dan akhirnya, tahun 2021 saya kembali berkesempatan menikmati pemandangan, suasana dan angin sepoi-sepoi daerah ini yang super amazing. Well, we meet again Teluk Tamiang and Tanjung Kunyit.

beach_view

Ditengah pandemi global ini dan sambil harap-harap cemas apakah daerah kami akan diberlakukan PPKM (meski zona kuning) lagi, saya dan sohib zaman SMA, bang Septi, nekat membuat rencana liburan yang sedikit "jauh". Rencana ini kami berdua buat sebulan sebelum "keberangkatan". Meski awalnya saya kurang yakin terlaksana, maklum lah bukan "ABG" lagi😜 sibuk masing-masing. Eh akhirnya sampai tiba di hari "eksekusi", kami dengan yakin memutuskan untuk berangkaaaat. Yaaaa, itung-itung melepaskan penat sejenak dari "urusan kapitalis", wkwkk.

Lho cuma berdua aja bos? Kami ajaklah beberapa teman, dan sesuai prediksi masih sibuk. Gimana nih? Berdua saja? No problemo, kata saya. Wong saya disini aja waktu pertama kali ke daerah ini cuma berdua juga😁. Dan tanggal 17 Juli, setelah semua strategi tempur matang (juga finansial, wkwk) dan kondisi motor sudah prima, kami berdua start dari daerah Bati-Bati menuju Kotabaru. Perjalanan ini memerlukan waktu 7 jam sob, melewati jalur (yang saya hafal aja😌) Bati-Bati->Pelaihari->Jorong->Kintap->Satui->Pagatan->Batulicin. Jalur ini sih, lumayan sering saya lewati, so, go riding santai tapi pasti saja.

Hari itu sih cerah sambil ditemani musik Video Tape by CASTLEBEAT, sampai pada akhirnya kami dapat surprise dari alam dengan hujan super lebat sampe tumpe-tumpe dari daerah Jorong sampai akhirnya kami "selamat" di Satui a.k.a Sungai Danau, hari kembali cerah, fiuuh. Dan setelah 5 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di daerah Batulicin, kota Pelabuhan kalo saya bilang.

batulicin

Setelah sampai di pelabuhan dan bersiap menyeberang ke Tanjung Serdang, kami sambil celengak-celunguk memeriksa papan tulisan. Lho, periksa tulisan apa bos? Tulisan apakah wajib PCR/antigen sob, haha. Alhamdulillah, tidak ada ketentuan tersebut, karena selain terus menjaga protokol kesehatan, kondisi badan kami juga sangat prima! Akhirnya kami bisa melenggang naik Ferry layaknya hari normal sebelum pandemi, yeah (lebih hemat tentunya, you know lah😁).

on_board

ferry

Wussss, setelah 30 menit menyeberang, kami sampai di dermaga Tanjung Serdang. Tanpa basa-basi kami langsung menuju daerah Kotabaru. Kok ke Kotabaru dulu bos? Kan berlawanan arah? Karena sudah sore sob, sehingga kami memutuskan untuk bermalam di Kotabaru saja, biar lebih aman. Aman maksudnya adalah aman perjalanan siang, karena jalur sebagian besar sepi. Kebetulan juga bang Septi baru pertama kali ke daerah ini, so itung-itung lihat suasana kota Kotabaru dong. Pukul 15:30 sore, kami tiba di kota tepian laut ini.

siring_laut

Badan sudah capek, cuss nyari penginapan. Setelah dapat, langsung byurrr mandi. Sudah segar? Langsung jalan menikmati waktu senja di kota ini (bukan anak senja) plus menikmati makan malam (sederhana) dan susu jahe, yipiii.

sunset

dinner

Setelah kenyang, langsung ngorok wae mengistirahatkan badan karena besok kami riding lagi. Mau dengar cerita mimpi kami? Eh, mending gak usah deh, skip aja😁. Sampai akhirnya fajar menyingsing, kukuruyuuuk.

morning

Hari itu tanggal 18 Juli, hari Minggu. Setelah sarapan, kami bersiap go lagi. Dan sesuai harapan, hari itu sangat cerah sekali, yeah "direstui". Melewati jalan berbukit-bukit yang untungnya sekarang sebagian besar telah beraspal, yaaa meskipun masih banyak lubang, namun ini masih mending daripada saya terakhir kesini, masih berbatu-batu tajam. Lumayan menghemat waktu tempuh, saya terakhir perlu waktu 4 jam, sekarang cuma 2 jam saja. Infrastruktur itu penting.

road_semaras

jalan_beton

Hari telah siang dan kami tiba di kota kecamatan Lontar, sambil berusaha mengingat jalan. Hampir nyasar jauh, untunglah ada bantuan mbah Google. Kok nyasar bos? Daerah sini berkembang cepat, jadi ada banyak perubahan sob dari yang terakhir diingat, wkwk. 30 menit dari Lontar, akhirnyaaaa tiba lah kami di Teluk Tamiang.

arrived

Berhubung hari yang sangat cerah, kami langsung disambut angin sepoi-sepoi dan birunya laut. Karena memang, pantai disini berbeda dengan pantai-pantai kebanyakan di Kalsel, disini pasir putih dan berair jernih. Sungguh suasana yang bikin damai pikiran sembari melakukan "aksi" jeprat-jepret. Mantap pokoknya.

chillin'

beach_view

Setelah perjalanan hot dan jeprat-jeperet membuat kami lapar, sehingga menikmati hidangan seadanya dulu sooobbb.

lunch

Disini sudah ada petugasnya kok sob, jadi dijamin aman dan bersih. Fasilitas juga sudah lumayan lengkap, so sudah cocok untuk bawa keluarga kesini. Dan kurang afdhol rasanya kalau tidak naik bukit Lekke' Tedong dan menikmati view dari atas.

bukit

Kalau mau yang agak ekstrim (sebenarnya gak ekstrim-ekstrim amat sih😁), coba deh sobat lihat foto diatas bagian kiri atas, dikejauhan nampak Pulau Tanjung Kunyit. Nah di pulau tersebut ada bukit yang cukup curam dan tinggi, yang dipuncaknya ada menara Mercusuar. Dan itulah tujuan kami selanjutnya. Sebelumnya bang Septi sudah saya beri tahu "pros and cons" nya jika mau menginap di atas Mercusuar Tanjung Kunyit. Dan bang Septi setuju, untuk itulah kami sepakat untuk bermalam di puncak Mercusuar Tanjung Kunyit. Mulailah kami mencari sewa perahu untuk menyeberang dan cari sewa tenda juga.

Setelah deal dengan Uncle perahu, ternyata kami harus menunggu laut pasang dulu baru bisa menyebrang, huft.

karang_laut

Sobat lihat foto diatas, beberapa puluh meter dari bibir pantai ada karang terlihat. Kata Uncle perahu, kalau karang masih kelihatan, kita tidak bisa menyeberang dulu alias locked. Nunggu dan terus menunggu sampai satu jam menunggu, kami udah terlihat "boring" ditambah hari sudah semakin sore. Akhirnya Uncle memberanikan diri untuk mengantar kami menyeberang, takut kemalaman kami mendaki, kata beliau.

mendayung

Dengan ekstra hati-hati dan lumayan jauh juga sih mendayung uncle-nya (mungkin capek juga beliau😁), akhirnya bisa lepas dari "barrier reef", hehe. Menikmati mentari dan angin sore diatas kelotok.

menyeberang

Setelah 30 menit menyeberang, melintasi samping tebing pulau di tengah nya (namanya Tanjung Tengah), akhirnya kami tiba di pulau Tanjung Kunyit.

gerbang

Eittsss, lapor dulu ke Pos sob, dan berikan sumbangan se-ikhlasnya. Baru deh kami melanjutkan dengan jalan kaki menuju puncak bukit Mercusuar. Bukitnya cukup terjal, yaaa cukuplah membuat kami ngos-ngosaaan, maklum "badan tua" wkwk. Setelah menapaki jalan setapak selama 30 menit yang menguras keringat. Akhirnya kami sampai di puncak, tepat 15 menit sebelum matahari terbenam. Sayang sore itu berawan sehingga kami tidak bisa menikmati sunset se-afdhol-nya.

mercusuar

evening

Diatas sini ada dua rumah tua (netizen menyebutnya "Rumah Belanda") yang bisa kita "sewa", namun kami lebih prefer pasang tenda, biar lebih natural😜.

rumah belanda

Mercusuar yang konon sudah ada sejak tahun 1942 ini, bukan tanpa penghuni sob. Ada satu paman petugas jaga nya. Dan kebetulan malam itu, cuma kami berdua yang bermalam disitu. So, sepanjang malam kami ngobrol bertiga saja dengan paman petugas jaga😁. Mulai dari ngomongin (curhat?) pekerjaan masing-masing sampai cerita mistis, sambil sruput kopi panas di depan tenda. Tunggu dulu, mistis? Tenang dan sans aja sob, tujuan kita bukan buat ganggu tapi buat menikmati alam, jadi ya gak apa-apa, seperti kami ini.

malam

Suasana malam yang damai, saking damainya bikin kami super ngantuk. Ditemani remang cahaya bulan, cusss ke alam mimpi. Tengah malam apes, kena prank hujan lagi😜, malam cerah tiba-tiba aja hujan deras, kalang-kabut lah kami berdua mengungsi ke rumah tua, eh taunya cuma semenit doang hujan nya. Abis kena prank kami lanjut tidur lagi sampai terdengar adzan fardhu Subuh. Kami bergegas bangun, untuk "melapor" ke hadapan sang Pencipta.

Setelah Subuhan, kami bersiap menyingsing sang matahari terbit. Sambil menunggu mentari muncul, sruput kopi dulu yang airnya kami panaskan menggunakan tungku rakitan ultra-lite ini. Ya ya ya ya, kalian boleh menertawakan😌, namanya juga orang susah.

tungku_mini

Sehabis ngopi, kami langsung menaiki tower mercusuar dan menikmati proses mentari terbit dari atas puncaknya. Sungguh mendamaikan hati.

sunrise

sunrise_point

Menikmati udara pagi segar tak pernah se-dramatis ini, wkwk. Dikejauhan nampak juga daratan utama Pulau Laut.

sunlight

Pukul 08:00 pagi kami bersiap turun, untuk selanjutnya menikmati pantai Tanjung Kunyit. Pulau ini ada kemajuan besar dibanding terakhir saya berkunjung tahun 2017 silam, yang mana keadaannya sangat "mengsedih" sob. Namun sekarang keadaan sangat berbeda, listrik PLN sudah ada dan sinyal seluler pun sudah 4G. Meskipun tak mudah, dimana kabel listrik saya lihat mesti dibentangkan sejauh 200 meter diatas laut dan berangin deras, kalau ada niat, pikiran dan usaha pasti bisa kok. Akhirnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sedikit hadir di pulau ini.

pantai_kunyit

Sedikit tips, jangan dipaksakan untuk naik keatas puncak mercusuar. Di pantai nya ini saja pun, sudah sangat cantik dan memuaskan dahaga vitamin sea and blue. Soal keramahan, warga disini juara sob. Mantap lah pokoknya.

Setelah puas bermain pantai di Tanjung Kunyit, kami bersiap kembali menyeberang ke Teluk Tamiang dan tentunya mempersiapkan diri untuk arah pulang. Meski singkat, kombinasi dari riding, view dan suasananya sudah memuaskan dahaga rasa penasaran kami berdua, see you again next time. Pokoknya gak nyesal deh sob kalau kesini, rasa capek di jalan akan seketika terbayar lunas. Gak percaya? Kami berdua dan ratusan netizen lain yang sudah pernah kesini saksinya, hehe.

Sekian dulu sob, cerita "petualangan" ala kadarnya dari kami berdua. Apabila ada salah kata dan info, mohon dimaafken. Wassalam.

Bonus behind the scene😜:
behind_scene

Bonus video buatan bang Septi selama perjalanan:


Post a Comment for "Teluk Tamiang dan Tanjung Kunyit, We Meet Again..."